Kereta Api Penuh Cerita di Semester Lima
Liburan semester
merupakan momen yang paling dinanti-nanti oleh setiap civitas akademika. Jika sudah
merasa bosan menjalani perkuliahan maupun merasa lelah akan banyaknya tugas
yang dikerjakan, maka yang ada di benak kami hanyalah harapan agar momen
liburan segera tiba. Kami adalah mahasiswa yang telah menempuh setengah
perjalanan program S1 Pendidikan Agama Islam.
Menginjak semester lima,
kamipun tetap bersemangat menjalani masa perkuliahan. Kami penghuni ruang kelas
M.105 Micro Teaching mulai merencanakan ke manakah tujuan liburan nanti.
Setelah melalui voting bersama, akhirnya dapatlah sebuah kota yang akan kami
tuju. Banyuwangi, kota asal gadis berkulit putih dan sosoknya yang lemah lembut
senada dengan arti namanya, Lety Latifah. Kami pun setuju bahwa liburan kali
ini berlokasi di salah satu kota paling ujung provinsi Jawa Timur.
Liburan pun tiba, betapa
bahagianya kami yang telah menjalani rutinitas selama satu semester di Kampus
Ulul Albab ini. Tujuh orang anggota ICP Bahasa Inggris ini memilih tidak ikut
karena ada keperluan lain. Sebanyak sebelas tiket kereta api Tawang Alun sudah dipesan
sejak dua minggu sebelum hari H. Hari Jum’at, 28 Desember 2012 merupakan
rangkaian awal cerita kami pada liburan semester lima. Keberangkatan dari
Stasiun Kota Baru sampai Stasiun Rogo Jampi Banyuwangi menempuh waktu 14 jam.
Dalam perjalanan, kami
bersebelas mendapat tempat duduk satu barisan berdampingan. Hanif, Ipin, Atok,
Simon, Yahya, Dimas, Wawan, Lucky, Uswah, Lety, dan aku menduduki kereta tiga
gerbong satu kelas ekonomi. Kami berangkat pukul 14.40 WIB dan tiba pukul 22.41
WIB sesuai jadwal yang tertera dalam tiket. Tak lupa sebelum kereta pun
berjalan, kami berdoa bersama agar perjalanan kali ini selamat sampai tujuan
hingga kita pulang.
Aku memilih duduk di pinggir
jendela kereta agar dapat menikmati pemandangan yang sangat jarang aku temui.
Melewati sawah, perkampungan, hutan, dan terowongan membuatku merasa senang.
Berbagai aktivitas telah kami lakukan agar perjalanan tidak bosan. Banyak
obrolan seru, canda tawa, bahkan juga perkenalan singkat Wawan, Atok, dan Dimas
dengan dua gadis yang sebaris dengan tempat duduk kami. Tak lupa juga kami
merekam semua momen kami dengan berfoto bersama dalam kereta. Lety membaca
setiap nama stasiun yang kami lewati dan memberitahukan bahwa ada berapa
stasiun lagi yang belum kami singgahi.
Waktu menunjukkan pukul
22.41 WIB di Stasiun Rogo Jampi Banyuwangi, menandakan bahwa kami sudah tiba di
Kota pinggir laut ini. Setelah itu kami menuju rumah Lety selama setengah jam
dengan dijemput mobil cherry warna biru tua.
Sesampai di rumah, kami pun
mandi, shalat, dan melanjutkan untuk makam malam bersama. Waktu menunjukkan
pukul 00.30 WIB, saatnya kami untuk merajut mimpi yang indah. Uswah, Lucky,
Lety, dan Aku tidur di kamar yang bercat kuning, kamar pribadi Lety.
Ayam pun berkokok dan
lantunan ayat Al-Qur’an terdengar merdu di telinga, menandakan waktu Shubuh tiba
setelah muadzin mengumandangkan adzan. Kami segera bangun dan antri untuk
mengambil air wudhu sebelum kami melakukan shalat Shubuh bersama. Seusai shalat
Shubuh berjama’ah, bapak-bapak (sebutan lelaki di kelas) yakni Ipin,
Dimas, Hanif, dan Yahya melakukan senam pagi di halaman samping rumah yang
luasnya sekitar 250m2.
Sedangkan ibu-ibu (sebutan gadis di kelas) yakni Lucky, Uswah,
Lety, dan Aku menyiapkan menu makanan pagi hari pertama di Banyuwangi yang
panas ini. Sebagian dari mereka masih ada yang tertidur pulas seusai shalat
Shubuh tadi, yakni Simon, Atok, dan Wawan. Memang perjalanan yang panjang dalam
kereta membuat kami sangat kelelahan
hanya untuk duduk selama 14 jam.
Sabtu, 29 Desember 2012
merupakan hari dimana kita masih bermalas-malasan untuk beraktivitas, karena
baru saja melakukan perjalanan yang sangat jauh. Kami hanya berdiam diri di
rumah dengan mengobrol, makan-makan, menonton film india, dan berfoto-foto ria
untuk mengisi satnite itu hingga
larut malam.
Pagi di hari Minggu, 30
Desember 2012 kami mengunjungi sumber air yang jernih yang konon mistis
bagi warga sekitar. Kurang lebih satu kilometer kami berjalan menuju tempat
yang juga terdapat makam sesepuh desa Kumendung itu. Setelah tiba di sana, bapak-bapak
mandi di sumber air itu. Sedangkan ibu-ibu hanya sibuk narsis
mengambil gambar teman-teman kami. Sepulang dari sumber, tepat pukul 9.00 WIB
kami menuju Pantai Watudodol yang tempatnya cukup jauh dari rumah Lety.
Perjalanan menuju pantai yang berbatasan dengan selat Bali ini menempuh sekitar
tiga jam. Kami melakukan aksi lomba
renang bagi bapak-bapak, sedangkan ibu-ibu memandu lomba itu dan
merekam dengan kamera digital. Hari pun telah sore menandakan waktu pulang
tiba. Tak lupa juga kami mampir ke tempat oleh-oleh khas Banyuwangi untuk
membeli makanan dan camilan khas Banyuwangi.
Sesampai di rumah kami mandi, makan, dan shalat berjama’ah, setelah itu beristirahat
agar keesokan harinya untuk pulang ke Malang supaya badan tetap fit.
Senin, 31 Desember 2012
pukul 5.30 WIB merupakan catatan akhir tahun perjalanan liburan kami. Tetap
dengan kereta api Tawang Alun kelas ekonomi yang menemani perjalanan panjang
penuh warna di akhir tahun 2012 ini. Kami tiba di stasiun Kota Baru Malang
pukul 13.30 WIB lebih awal dari jadwal yang tertera pada tiket. Setelah itu
kami berpisah menuju rumah masing-masing. Sungguh menyenangkan momen perjalanan
liburan akhir tahun kali ini dan tak akan pernah terlupakan.
Komentar
Posting Komentar